Perihal Peran
Sore itu, aku pulang lebih sore dari biasanya. Langit utara tampak abu-abu menggelap, sementara bagian selatan ke barat tampak semburat oranye yang tertutup pepohonan Jalan Achmad Yani. Mataku terseret untuk terus menengok ke arah kiri. Indah sekali. Aku terus mengikutinya. Biasanya, aku melewati jalan depan Moro, tetapi kali ini aku ambil arah kanan menuju jalan menara pandang. Benar saja, mataku berkali-kali dibuat takjub oleh pemandangan sore itu. Indah. Sangat indah. Warna oranye di pangkal langit, bercampur dengan warna merah jambu dan biru muda. Kombinasi yang begitu apik.
Aku menghentikan sepeda motorku. Aku pikir, rugi sekali jika langit seindah sore ini hanya aku lihat sesaat saja. Jadi, aku mengabadikannya dalam ponselku agar bisa sewaktu-waktu aku lihat lagi. Sepanjang perjalanan, aku mengingat kembali apa yang sudah aku selesaikan hari ini. Ternyata cukup banyak yang aku kerjakan, dan itu membuatku merasa berharga. Sesederhana itu. Asalkan dalam sehari aku mengerjakan dan menyelesaikan sesuatu, itu cukup membuatku senang. Walau tak melulu yang aku kerjakan bernilai secara materi. Mulai dari membuka pintu kantor, menyalakan lampu, menata kabel-kabel, membaca buku yang belum selesai dibaca, menulis blog, berdiskusi dengan teman, merenung dan introspeksi diri, serta menandai pekerjaan dan tugas yang telah diselesaikan.
Perihal ini, aku teringat sebuah kalimat yang disampaikan ustadz Fakhruddin Faiz, bahwa dalam hidup, ketika kita ingin menemukan jati diri kita, maka hendaklah kita menciptakan peran kita sendiri. Dan menurutku, itu valid, semakin banyak kita menciptakan peran dalam hidup, semakin kita mencintai kehidupan itu. Semakin cinta pula kita pada diri sendiri. Semakin enggan kita untuk cepat mengakhiri hidup. Sebab, peran-peran itulah yang pada akhirnya membuat kita 'hidup'.
Anyway, kata peran di sini yang aku maksudkan bukanlah peran yang melulu berkaitan dengan profesi atau bersifat pekerjaan saja. Peran dalam hal ini adalah suatu kegiatan/ perilaku/ perbuatan/ apapun itu yang bernilai manfaat bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar. Sesederhana apapun itu. Sekecil apapun itu. Misalnya, menjadi pendengar kucing-kucing yang lagi kesepian (padahal kita yang kesepian dan sering curhat ke kucing), menjadi tukang nyebrangin bebek-bebek di jalan, menjadi pengamat semut-semut yang seringkali salaman di tengah jalan, atau penyuplai makanan lele-lele yang lucu dan menggemaskan. Lah, kok hewan semua, wkwkwk. Peran lain yang agak serius misalnya, menjadi pendengar yang baik, pemberi semangat teman, ice breaker di suatu kelompok, menjadi seorang pembelajar yang selalu ingin mempelajari banyak hal, atau menjadi seorang pengajar dan senantiasa ingin menebar kebaikan. Wah, ini sih serius banget.
Pokoknya, aku mau bilang. Peran kita, ya kita sendiri yang tentukan. Hanya kita yang memiliki otoritas untuk memilih suatu peran, dan peran itu yang akan membuat kita semakin mencintai diri kita sendiri. Saat kita memilih peran yang sesuai dengan hati dan nilai-nilai kita, peran itu akan menjadi bagian dari jati diri kita.
30hbc #13
30hbc #13
Masya Allah keren kak
BalasHapusManatappp
BalasHapus