Every Words has Their Own Temperatures

Aku menatap layar kecil di tanganku, menunggui dengan takdzim ketikan huruf per huruf, kata per kata, kalimat per kalimat, hingga penuh satu layar berisi tulisanmu. Aku, makhluk melankolis, yang amat mudah tersentuh, terlebih dengan kata-kata dan bahasa, baik itu berupa tulisan maupun lagu. Bagiku, setiap kata punya suhu tersendiri. Every words has their own temperatures. Aku yakin setiap tulisan bisa dirasakan hangat, dingin, atau panasnya. Dan tulisanmu, amat hangat, memeluk perasaan-perasaan yang tak mampu disentuh oleh siapapun. Lagi-lagi, aku tersentuh.

Aku menyadari, percakapan juga tak jauh berbeda. Setiap kata yang terucap bisa membawa perasaan tertentu, menjadi jembatan antara satu jiwa dengan jiwa lainnya. Kadang, satu kalimat sederhana bisa membuat seseorang merasa lebih dilihat, lebih didengar. Percakapan bukan hanya soal kata-kata, tapi tentang bagaimana kita benar-benar hadir di dalamnya.

Ada percakapan yang menghangatkan seperti secangkir teh di sore hari, ada pula yang mendinginkan seperti hujan di tengah musim panas. Tapi yang terpenting, percakapan itu membangun. Ia membuat kita merasa dimengerti, diterima, tanpa harus selalu menjadi sempurna. Dalam percakapan, aku belajar bahwa setiap kata punya bobot, dan setiap hening di antara kalimat punya arti.

Jadi, percakapanmu, seperti tulisanmu, selalu membuatku merasa hidup. Terasa seperti pelukan hangat, seolah berkata, "Aku di sini, mendengarkanmu." Terima kasih, ya.


30hbc #18

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer