Perihal Kebetulan: Meradikali Rolf Dobelli
Dua hari yang lalu adalah hari terakhir pendaftaran ujian komprehensif, ujian terakhir sebelum sidang munaqosah. Aku sudah berniat mendaftar, tetapi kurang satu berkas saja yang perlu ditanda tangani dan dibubuhi cap universitas. Aku berangkat jam sepuluh pagi dari rumah. Sesampainya di kampus, aku bergegas menuju UPT Bahasa. Naas. Kedua dosen yang menangani perihal ini, sedang tindakan dan entah kapan kembali ke kantor. Sementara jam sudah menunjuk pukul 11.15 WIB. Aku memutuskan kembali ke gedung A, duduk di kursi mumet, sembari menanyakan ke dosen pembimbing mengenai hal ini. Aku hampir putus asa dan tidak akan mendaftar ujian ini. Mungkin bulan depan saja, pikirku.
Tepat ketika aku berpikir demikian, seorang teman mengentuk pintu kantor. Aku menemuinya. Ternyata dia menitipkan bingkisan untuk teman sekelas kami yang baru saja selesai sidang munaqosah minggu lalu. Sekalian saja aku berkeluh kesah terkait berkas yang menghambatku mendaftar sidang komprehensif ini. Dan bufff! Mbak, daftar aja. Aku juga dulu daftar aja tanpa ditandatangani dulu. Nggak apa-apa. Ucap temanku itu. Seketika senyum sumringahku terbit, seolah mendapat harapan baru. Aku pun bergegas mengabari dosen pembimbingku perihal ini, dan respon beliau cukup membuatku semakin yakin. Sip, lanjutkan mbak, ini bagian dari argumentasi yang kuat! Ucap beliau.
Dari rangkaian kejadian ini, aku menarik dua hikmah. Pertama, apa-apa mbok yo jangan mendadak. Iya, berkas ini sebenarnya sangat bisa aku urus sejak jauh hari. Tetapi aku memilih untuk serba tahu bulat. Akhirnya panik kalau terjadi hal-hal di luar ekspektasi dan kendali. Hikmah kedua adalah, aku percaya tidak ada hal yang kebetulan. Dalam hal ini, kedatangan temanku ke kantor itu sudah pasti masuk dalam jadwal yang telah diatur oleh Tuhan. Tidak mungkin temanku ini datang dengan sendirinya dan hanya kebetulan belaka. Kalau Rolf Dobelli bilang segala hal itu hanya kebetulan, maka aku akan menganggap bahwa tidak ada yang kebetulan. Dan kabar baiknya, aku akan ujian komprehensif besok! Bismillaah.. Doakan ya. Hehe.
By the way, perihal kebetulan yang aku maksud di sini adalah hal-hal yang berkaitan dengan logika dan terjadi secara faktual, bukan hasil dari cocoklogi dan ramalan-ramalan, ya. Bukan sesuatu yang seperti kita merasakan kehadiran sosok dunia lain dan secara tiba-tiba vas bunga di atas meja jatuh begitu saja lalu kita menganggap itu adalah ulah hantu. Bukan, bukan begitu. Maksud dari tidak ada hal yang kebetulan itu adalah bahwa segala hal memiliki peran, segala sesuatu memiliki alasan, dan segala peristiwa selalu ada hikmah di baliknya. Seringkali, kita memaknai hal-hal yang datang pada kita seolah hanya kebetulan saja. Padahal, itu memang sudah menjadi garis hidup kita. Entah hal baik atau hal yang kurang baik (menurut kita).
Beberapa dari kita pasti pernah mengalami pertemuan dan perpisahan. Misalnya, aku mengenalmu di media sosial karena kita sama-sama menyukai anime (ceritanya sama-sama wibu wkwkw). Kita lalu berteman baik, saling support, dan saling mengasihi. Apakah pertemuan itu hanya kebetulan? Tentu tidak. Aku dan kamu, memang berperan menjadi sepasang teman. Lalu misalnya, aku mengenalmu di suatu komunitas. Kita lalu sering bertemu di event yang sama. Suatu waktu kita bertengkar dan akhirnya menjadi asing. Apakah pertemuan itu juga hanya kebetulan? Tidak juga. Kita juga sama-sama memiliki peran dalam pertemuan yang mungkin menyakitkan bagi kita, tetapi itu bukan salah kita. Itu juga bukan hanya kebetulan. Terkadang Tuhan memang menghadirkan seseorang hanya untuk memberi pelajaran berharga.
Coba, renungi apa yang telah terjadi dalam sehari ini atau selama hidupmu. Apakah ada hal-hal unik yang mendatangimu? Apakah menurutmu itu hanya kebetulan? Adakah sesuatu berharga yang ketika direnungi ternyata itu sebuah hikmah?
30hbc #15
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSemangat ujiannya semoga dimudahkan dan dilancarkan ya
BalasHapus