Short Story: Kiki

"Kata bapak ibuku, aku itu anak dari hasil ketidaksengajaan, sering juga aku jadi ledekan di keluarga karna berbeda dari adikku," ucapnya.

Aku terdiam sejenak, lalu berusaha mencairkan suasana.

"Hmm.. Gimana perasaan kamu kalau lagi digituin? Sedih? atau.. jadi ngerasa nggak diharapkan, ya?" tanyaku.

"Iya, tapi, lama-lama aku terbiasa." jawab Kiki tenang dan terdengar tawa kecilnya. Aku menatapnya dalam-dalam. Rasanya, Kiki bukan anak yang bisa dibandingkan dengan siapapun. Aku melihat dia manusia yang unik, secara fisik pun baik, cara dia bercerita, senyumnya, antusiasnya terhadap banyak hal baru, perhatiannya pada hal-hal kecil, dan.. sisi lain dari dirinya yang terkadang aku merasa ada kesamaan dalam diriku: sama-sama masih mencari cara untuk mencintai diri sendiri dengan benar. 

Aku ingat Tabi, tokoh dalam buku karya Marchella FP yang baru beberapa hari lalu aku baca. Diceritakan, Tabi juga mengalami hal yang sama seperti Kiki. Menjadi anak yang seakan-akan tak diharapkan kehadirannya, dibandingkan dengan kakak-kakaknya, dan, ketika ditanya oleh psikolog perihal perasannya, jawabannya pun sama: "biasa saja, aku sudah terbiasa," Tabi dan Kiki, lama-lama terbiasa dengan kesedihan dan perasaan tidak diinginkan. 

Aku yang terlihat melamun, membuat Kiki menepuk pundakku pelan dan menanyakan apakah aku baik-baik saja. Ini juga hal yang aneh bagiku, kadang, aku merasa bahwa yang seharusnya ditanya adalah Kiki. Tapi seringkali dia duluan yang selalu menanyakan keadaan orang lain. 

Aku mengangguk dan tersenyum mengisyaratkan 'i am okay'. Sepanjang waktu, dalam diam, aku selalu mendoakan, agar Kiki selalu dipertemukan dengan orang-orang baik dan menghargai kehadirannya. Aku ingin Kiki tahu bahwa dia, adalah salah satu manusia yang selalu aku nantikan kedatangannya. Kapan pun. Di mana pun. Dalam keadaan apa pun. 

Sore itu, kami menghabiskan waktu hingga menjelang maghrib dengan perbincangan ringan, ditutup dengan cangkir matcha Kiki yang telah kosong, dan gelas choco hazzelnut milikku yg juga tersisa setetes.