Sepucuk Surat untuk Duniaku

Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Untuk dirimu, Duniaku.
Awal ini ku toreh kembali. Untuk memberitahumu, Duniaku, bahwa aku masih bernafas. Aku ingat. Pertama kali aku mengenal dirimu, sebenarnya kamu sudah memberiku peringatan. Kamu bilang kamu adalah sesuatu yang ada dan tiada. Sulit untuk didapat. Kamu semacam labirin. Ketika aku masuk, maka sulit untuk keluar. Kamu juga semacam perangkap. Ketika aku percaya dirimu menjanjikan semua yang aku minta, ternyata aku telah berada di jurang yang amat dalam. Bukankah itu perangkap? Bagi sebagian orang, terperangkap di ruang dirimu adalah sesuatu yang menyenangkan, membahagiakan. Hhh, belum tahu saja mereka. Bagaimana rasanya bertahan di bawah jurang, terperangkap dalam gelap. Tapi tenang, bisa kok naik lagi keatas sana. Asalkan mau, dan sungguh-sungguh. 

Hei, Duniaku. 
Tapi aku juga tidak bisa membohongi mata dan telingaku. Bahwa apapun yang aku lihat dari dirimu, memang sangat indah. Telingaku sering berdenyut, ketika ada penghunimu yang bersuara. Indah, dan merdu. 

Hei, Duniaku. 
Aku tau. Kamu tidak salah sedikitpun. Karena Allah Sang Penciptamu. Yang salah adalah aku. Aku yang terlelap dalam merdu suaramu. Aku yang tenggelam dalam manik matamu. Aku yang tersesat didalam teka-teki labirinmu. Dan aku yang terjatuh sendiri, ketika mencoba meraihmu.

Hei, Duniaku. 
Aku harap, semua tentang aku yang aku ceritakan tadi, adalah aku tempo dulu. Aku harap, aku yang sekarang adalah aku yang tidak akan terbuai oleh indahnya dirimu. Aku harap, aku yang sekarang adalah aku yang sadar, bahwa kamu bukanlah sebuah perhentian, melainkan pemberangkatan menuju perhentian yang sesungguhnya.

Hei, Duniaku. 
Maafkan aku ya. 
Karena diriku, kamu sering merasakan sakit, sering aku salahkan, dan sering aku rusak.


Dari diriku, penghuni dirimu. 🌻

Komentar

Postingan Populer