#Puisiku02 Pemeluk Janji dan Kecewa

Di sebuah ruang yang temaram, dengan tirai tertutup dan suara pendingin usang. Seorang gadis terlentang menatap langit-langit kosong. Menyusuri desir sesak yang entah kenapa sangat sulit untuk ia halau. Sesak. Seperti ada batu besar menindih dadanya. 

"nanti aku janji mau pulang, mau sama kamu." 

Adalah pesan terakhir yang gadis itu ingat. Ia amat menggenggam kuat pesan itu, merekamnya dengan tepat, lalu menindak lanjutinya dengan menunggu semalaman suntuk. 

Dunia sudah paham bahwa gadis itu sangat saklek dengan pekerjaan menunggu. Tapi tidak dengan orang-orang di sekitarnya. Menyepelekan. Meremehkan. Atau bahkan melupakan.

Dini hari menyapa. Suara jangkrik berganti kokok ayam jantan. Ketuk pintu yang sangat diharapkan sang gadis, masih belum ia dengar. Matanya perlahan menyalurkan sesak. Menjelma menjadi bulir yg bergantian mengalir.

Bukan sekedar pulang yang ia harapkan. Tapi setidaknya kabar jika memang tak jadi kembali ke rumah. Gadis itu sudah sangat lelah dituntut untuk menunggu janji tertepati tapi memeluk kecewa pada akhirnya. 

Wahai, tuan. 

Gadis itu memohon dengan lemah, dengan penuh kasih sayang yang bahkan sangat mudah untuk memadamkan amarah sebab kecewa.

"Tolong.
Kalau tuan tidak lagi mampu menepati, maka katakan. Beri tahu aku. Maka dengan sangat tulus aku katakan: tidak apa-apa."







Komentar

Postingan Populer