#Puisiku00 Teka-teki Tengah Malam
Tidak ada yang mampu terucap.
Berjuta kata tetap bersemayam.
Menenun ego dan nafsu yang kerap terurai.
Menjalin rindu dan kenangan yang seringkali mencipta kembali harap.
Aku tidak berniat menghapus rindu yang menjerat,
sebab aku yang butuh ia agar tetap ingat.
Aroma, alur, detik, masih menjadi hal yang memikat.
Bagaimana udara saat itu berubah-ubah
Mengombang ambing dedaunan,
melempar ke atas lalu menjatukannya
Bagaimana alur bak benang yang dipintal
Ketika ditarik ujungnya, maka terjeratlah ujung-ujung yang lain
Betapa mata-mata kecil sayu dibuatnya
Bagaimana detik bergerak cepat kala tawa mengembang,
namun amat pelan kala tangis menggigis
Kalau ada kalimat,
puncak dari rindu adalah meninggikan doa,
maka puncak dari cinta adalah tanpa ada harap.
Keduanya sangat indah
Keduanya mampu menuntun air mata keluar dari semayamnya
Menenangkan jiwa-jiwa yang resah sebab menerka takdir
Sejatinya tidak ada satupun rasa yang bertindak kikir
Hanya saja rindu yang selalu enggan menyingkir
Terkadang ia akan menjadikan mata yang basah menjadi kering
Tandus.
Seperti padang pasir Mesir.
Terkadang pula mengundang badai pasir
Seperti kabut kecoklatan, seperti senja yang selalu memanjakan mata-mata sang penyair
Menyakitkan.
Juga menenangkan.
Dan kenyataan.
Berjuta kata tetap bersemayam.
Menenun ego dan nafsu yang kerap terurai.
Menjalin rindu dan kenangan yang seringkali mencipta kembali harap.
Aku tidak berniat menghapus rindu yang menjerat,
sebab aku yang butuh ia agar tetap ingat.
Aroma, alur, detik, masih menjadi hal yang memikat.
Bagaimana udara saat itu berubah-ubah
Mengombang ambing dedaunan,
melempar ke atas lalu menjatukannya
Bagaimana alur bak benang yang dipintal
Ketika ditarik ujungnya, maka terjeratlah ujung-ujung yang lain
Betapa mata-mata kecil sayu dibuatnya
Bagaimana detik bergerak cepat kala tawa mengembang,
namun amat pelan kala tangis menggigis
Kalau ada kalimat,
puncak dari rindu adalah meninggikan doa,
maka puncak dari cinta adalah tanpa ada harap.
Keduanya sangat indah
Keduanya mampu menuntun air mata keluar dari semayamnya
Menenangkan jiwa-jiwa yang resah sebab menerka takdir
Sejatinya tidak ada satupun rasa yang bertindak kikir
Hanya saja rindu yang selalu enggan menyingkir
Terkadang ia akan menjadikan mata yang basah menjadi kering
Tandus.
Seperti padang pasir Mesir.
Terkadang pula mengundang badai pasir
Seperti kabut kecoklatan, seperti senja yang selalu memanjakan mata-mata sang penyair
Menyakitkan.
Juga menenangkan.
Dan kenyataan.
Komentar
Posting Komentar